Prancis Kukuh Dukung Palestina, Mendesak Gencatan Senjata dan Solusi Politik

Prancis Kukuh Dukung Palestina, Mendesak Gencatan Senjata dan Solusi Politik


HARIAN BOGOR RAYA

– Dalam momen yang sarat makna diplomatik, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot kembali menegaskan bahwa negaranya tetap berkomitmen mengakui Negara Palestina sebagai bentuk penghormatan terhadap hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina. Sikap itu disampaikannya dalam forum masyarakat sipil bertajuk “Paris Call for the Two-State Solution, Peace and Regional Security” yang digelar Paris Peace Forum pada Jumat (14/6).

Dalam pidatonya, Barrot menyatakan bahwa komitmen Prancis tidak akan goyah, bahkan di tengah eskalasi dan ketidakpastian yang tengah membayangi kawasan Timur Tengah.

“Saya tegaskan lagi di sini: terlepas dari perkembangan terbaru di kawasan itu, Prancis tetap bertekad untuk mengakui Negara Palestina,” ujar Barrot, menegaskan posisi negaranya yang terus berpihak pada prinsip keadilan dan solusi jangka panjang.

Pernyataan tegas ini juga menjadi pembuka menuju konferensi internasional yang akan digelar akhir Juni di New York, diselenggarakan bersama oleh Prancis dan Arab Saudi dengan dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Fokus utama konferensi tersebut adalah mendorong kembali solusi dua negara yang selama ini mengalami jalan buntu di tengah kekerasan dan ketegangan yang terus meningkat.

Barrot menekankan bahwa saatnya telah tiba untuk menghadirkan solusi politik konkret bagi rakyat Palestina—yakni pembentukan negara yang layak dengan pemerintahan baru dan jaminan keamanan menyeluruh bagi Palestina maupun Israel. Ia menyebut perlunya keberanian dan dukungan kuat dari komunitas internasional agar jalur perdamaian bisa kembali terbuka.

Tak hanya soal pengakuan negara, Barrot juga menyoroti urgensi kemanusiaan yang tak bisa dikesampingkan. Ia menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan sandera tanpa syarat, serta akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke wilayah yang tengah mengalami krisis berkepanjangan.

“Setiap menit harus didedikasikan untuk mewujudkan gencatan senjata,” ujar Barrot.

Ancaman terhadap solusi dua negara disebut Barrot semakin nyata, mulai dari ekspansi permukiman ilegal, ancaman aneksasi, hingga makin tajamnya polarisasi dan kebencian antar komunitas. Ia menilai bahwa proses perdamaian yang selama ini dijaga dengan susah payah kian rapuh akibat tindakan sepihak di lapangan yang terus berlangsung.

Dengan suara yang lantang dan diplomasi yang penuh harapan, Barrot menutup pidatonya dengan seruan global.

“Kita berutang rasa empati kepada warga sipil yang menderita. Dunia tidak boleh tinggal diam.” Sikap ini menegaskan posisi Prancis sebagai salah satu negara besar di Eropa yang secara aktif mengupayakan keadilan bagi Palestina di tengah kompleksitas geopolitik Timur Tengah.***