,
Jakarta
– Perairan Georgia dan Carolina Selatan, Amerika Serikat, diduga telah tercemar logam berat yang beracun dan berbahaya,
merkuri
, dalam konsentrasi yang terus meningkat. Hal itu diketahui dari hasil studi terhadap
buaya
-buaya yang hidup di perairan itu.
Buaya dari Rawa Okefenokee, Pulau Jekyll, dan Yawkey Wildlife Center ditemukan memiliki kadar merkuri dalam darahnya yang tinggi. Mereka menjadi indikasi dugaan pencemaran logam berat di lingkungan setempat.
“Buaya adalah makhluk hidup purba, dan kita dapat melihat mereka sebagai sebuah indikator tentang apa yang sedang terjadi dalam ekosistem,” kata ketua tim studi tersebut, Kristen Zemaitis, dari Fakultas Ekologi, University of Georgia.
Kepada
phys.org
, dia menambahkan, “mempelajari mereka bisa terhubung ke banyak hal berbeda dalam jaring atau rantai makanan.”
Pencemaran merkuri yang terjadi diduga tak hanya berdampak ke buaya, tapi dapat memiliki efek kesehatan yang berbahaya pada makhluk hidup lain yang bergantung kepada perairan yang sama untuk hidupnya. Itu artinya termasuk manusia.
Zemaitis dan timnya telah mempublikasikan laporan studi itu lewat jurnal
Environmental Toxicology and Chemistry
, terbit 7 Maret 2025.
Dipaparkan di sana bahwa merkuri kerap ditemukan dalam limpasan air hujan dan aliran air dari kawasan industri. Riset sebelumnya juga telah menunjukkan kadar logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan kecil di rawa-rawa Georgia. Tapi, tak banyak yabng diketahui untuk hewan-hewan seperti buaya yang berada di tingkat atas dalam rantai makanan.
Zemaitis dkk meneliti diet dan menganalisis sampel darah lebih dari 100 buaya selama beberapa bulan. Hasilnya, mereka menemukan buaya Rawa Okefenoke memiliki kadar merkuri dalam darahnya hingga delapan kali lebih tinggi daripada buaya asal dua lokasi riset lainnya.
“Itu adakah salah satu hasil yang paling membuat saya terkejut,” kata anggota tim peneliti, Jeb Byers, dari universitas yang sama.
Dia mengingatkan bahwa merkuri adalah neurotoxin yang sangat mematikan bagi organisme. “Jika dia terakumulasi, dia akan terbawa di rantai makanan dan menciptakan badai yang sempurna. Itulah yang kami dapati di Okefenokee.”
Konsentrasi merkuri dalam buaya-buaya menunjukkan kalau racun ini bisa mudah naik ke tingkat yang lebih tinggi dalam rantai makanan. Studi ini memberikan sinyal kewaspadaan kepada manusia yang mungkin memancing atau berburu di sana.
Dan sekalipun Rawa Okefenokee adalah sebuah suaka margasatwa, dia berbagi air dengan Sungai Suwannee dan St. Marys. Artinya, boleh jadi ada risiko yang meningkat dari kontaminasi merkuri dalam ikan-ikan dan hewan air lainnya.
Perhatian lainnya adalah bahwa di beberapa ekosistem, ada sejumlah organisme yang bisa menolerir hanya sedikit kadar merkuri. “Pada mereka bisa berdampak pada masalah saraf, reproduksi, dan bahkan kematian,” kata Zemaitis.
Pada buaya, berapa lama mereka telah hidup di sana juga berpengaruh. Hal ini karena para peneliti menemukan konsentrasi merkuri lebih tinggi pada buaya yang lebih besar dan tua. Diduga itu bukan sebatas karena penyerapan atau paparan berdasarkan waktu, tapi juga dari jumlah hewan yang sudah terkontaminasi merkuri yang telah mereka mangsa.
“Apa yang ditunjukkan studi kami adalah bawah seiring buaya tumbuh dan mulai memakan mangsa yang lebih besar, ini meningkatkan jumlah merkuri yang mereka akumulasi,” kata Benjamin Parrott, anggota tim peneliti yang lain. Selain di Fakultas Ekologi, Parrott juga meneliti untuk Laboratorium Ekologi Sungai Savana.
Yang juga mengejutkan, untuk buaya yang lebih kecil, lebih muda, kasusnya sama seperti induknya. Diduga, induk menurunkan racun dan logam berat ke dalam telur saat reproduksi.
Zemaitis dkk mengakui mereka membutuhkan penelitian lebih jauh karena dugaannya, pencemaran bukan hanya terjadi pada buaya. Dan untuk menjawab dari mana tepatnya sumber merkuri itu dan bagaimana bisa sampai ke ekosistem.
“Akan luar biasa bila bisa menunjuk sumbernya itu dan melihat bagaimana hewan lain dalam ekosisitem bisa terdampak.”