Berita  

9 Tanda Kehadiran Kakak yang Beracun Menurut Psikolog

9 Tanda Kehadiran Kakak yang Beracun Menurut Psikolog

Hubungan antara saudara perempuan sering kali penuh dengan konflik. Tidak jarang hubungan ini justru menjadi sumber luka batin yang tidak selalu disadari.

Hubungan yang terbentuk sejak kecil memungkinkan kedua belah pihak saling mengenal sisi paling dalam satu sama lain. Justru karena sangat dekat, konflik yang muncul bisa jauh lebih intens dibandingkan dengan orang-orang lain.

Banyak orang menganggap hubungan dengan saudara perempuan selalu menjadi sumber dukungan. Namun, kenyataannya ada situasi di mana ikatan tersebut justru menimbulkan rasa lelah, bingung, hingga merasa tidak dihargai.

Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/

Saat kondisi demikian terjadi, anak perempuan seringkali kesulitan mengenali hal tersebut. Namun, jika hubungan yang tidak sehat dibiarkan berlangsung, hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan emosional dan mentalnya.

Oleh karena itu, penting bagi anak untuk memahami perubahan dalam hubungannya dengan saudara perempuannya. Dengan kesadaran ini, anak dapat mengevaluasi apakah hubungan tersebut memberikan dukungan atau justru menghabiskan energinya.

Penyebab timbulnya hubungan yang tidak sehat antara saudara perempuan

Berdasarkan penjelasan seorang psikolog klinis yang mengkhususkan diri dalam dinamika keluarga, Dr. Lindsay Mazer, DPT, akar dari masalah ini biasanya dimulai sejak masa kecil. Lindsay Mazer menekankan bahwa pola pengasuhan di dalam keluarga dapat sangat memengaruhi pembentukan hubungan antar saudara pada anak perempuan.

“Jika terdapat preferensi, pengabaian, atau batasan yang tidak jelas di rumah tangga, hal tersebut bisa membentuk pola yang berkelanjutan hingga dewasa,” katanya dikutip dariPurewow.

Dr. Mazer juga memberikan contoh bahwa pembagian tugas dalam keluarga sering kali terasa tidak seimbang.

Beberapa saudara kandung mungkin mengemban tanggung jawab yang lebih besar, sedangkan yang lain tetap dalam kondisi tergantung. Atau salah satu dari mereka mungkin diapresiasi sementara yang lain merasa tidak diperhatikan. Peran-peran ini biasanya bertahan kecuali jika ditangani secara sadar, tambahnya.

Tanda-tanda hubungan yang tidak sehat sering kali tidak muncul dalam bentuk perdebatan besar. Banyak situasi dimulai secara perlahan, seperti sindiran kecil, rasa bersalah, atau kelelahan emosional setelah berjumpa.

“Jika saudara kandung Anda melanggar batasan yang kamu tetapkan, meremehkan prinsip-prinsipmu, atau hanya menghubungi kamu saat mereka membutuhkan sesuatu, hal ini bisa berdampak negatif seiring berjalannya waktu,” katanya.

Tanda-tanda munculnya sifat toxic sister pada anak perempuan menurut pandangan psikolog

Terdapat sejumlah tanda-tanda toxic sisteryang bisa diidentifikasi dikutip dari halamanPurewow:

1. Ia selalu berusaha untuk selalu benar

Sering kali, putri Anda menolak setiap keputusan yang diambilnya, mulai dari masalah pertemanan, pasangan, hingga rencana masa depan. Terasa seperti tidak ada pilihan yang dianggap benar, meskipun anak sendiri merasa puas dengan jalannya hidup.

Sikap yang selalu merasa benar dapat membuat anak merasa dianggap remeh. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri dan memperburuk hubungan antara mereka.

Cara menghadapinya:

Ibu dapat membantu anak dalam membatasi cerita yang disampaikan jika tidak saling mendukung. Juga ingatkan, bahwa anak berhak hanya didengar tanpa diberi tambahan saran.

2. Dia manipulatif

Berbeda dengan seseorang yang jujur, saudara yangtoxicsering kali bertanya dengan tujuan tersembunyi. Pertanyaannya tampak biasa, namun sebenarnya merupakan perangkap yang membuat anak merasa bersalah, Ibu.

Komunikasi semacam ini tidak sehat karena hanya memperhatikan keinginan pribadi. Tanpa disadari, anak mungkin merasa tertekan meskipun percakapan awalnya sederhana.

Cara menghadapinya:

Ibu bisa mengingatkan anak, bahwa tindakan manipulasi bukanlah kesalahan anak, tetapi merupakan cara orang lain untuk menguasai. Jika pola ini muncul, bantulah anak untuk menyampaikan bagaimana sikap tersebut membuatnya merasa tidak dihargai.

3. Dia mengabaikan batasan

Terkadang saudara laki-laki atau perempuan bisa meminjam barang tanpa izin, misalnya pakaian atau aksesori kesayangan. Perilaku kecil ini sering dianggap biasa, padahal dapat membuat anak merasa tidak dihargai.

Jika terus terjadi, anak mungkin merasa kesal atau ditinggalkan karena batasan pribadinya tidak dihargai. Akhirnya, hal ini dapat memicu perselisihan dan mengurangi keakraban antara mereka.

Cara menghadapinya:

Ajak anak untuk berani menyampaikan “tidak” apabila merasa tidak nyaman benda tersebut digunakan. Ibu juga dapat menekankan pentingnya saling menghargai agar hubungan tetap harmonis dan baik.

4. Ia selalu menganggap dirinya sebagai korban

Di dalam keluarga, wajar jika muncul rasa kecewa ketika permintaan tidak terpenuhi. Namun, bila setiap kali anak menolak, kemudian saudaranya menyalahkan dan memilih untuk diam selama beberapa hari, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak sehat.

Sikap demikian membuat anak merasa bingung, seakan semua pilihan yang diambil selalu salah menurut saudaranya. Padahal, terus-menerus menyalahkan orang lain bukanlah tanda hubungan yang baik.

Cara menghadapinya:

Bunda bisa membantu anak mengenali pola perilaku menyalahkan diri ini. Latih anak untuk tetap tenang saat menolak, serta siapkan jawaban yang konsisten agar reaksinya tidak mudah terpengaruh.

5. Permintaan maafnya tidak pernah tulus

Terkadang anak menunggu saudaranya meminta maaf, namun justru dia yang akhirnya mengalah. Ini merupakan tanda hubungan yang tidak sehat karena kesalahan selalu ditanggung oleh pihak lain.

Terkadang, saudara menceritakan kisah dan memperlihatkan dirinya sebagai korban agar terhindar dari tanggung jawab. Jika tidak diatasi, hal ini dapat menyebabkan anak merasa lelah secara emosional.

Cara menghadapinya:

Ibu dapat mengingatkan anak, bahwa ini hanyalah cara untuk menghindari tanggung jawab. Anak tetap diperbolehkan untuk merasa kasihan, tetapi alihkan percakapan agar fokus pada pertanggungjawaban.

6. Segala sesuatu berubah menjadi pertandingan

Setiap kali anak memberi kabar gembira, saudaranya langsung mengalihkan topik ke prestasi mereka sendiri. Kebahagiaan anak terasa tidak berarti.

Meskipun dalam hubungan yang sehat, keberhasilan seharusnya diapresiasi bersama, bukan sebagai kompetisi. Jika saudaranya tidak bisa memberikan dukungan, berarti terdapat kendala dalam dinamika hubungan mereka.

Cara menghadapinya:

Ibu dapat mendorong anak untuk terbuka dalam menyampaikan perasaannya. Jelaskan bahwa ia berhak memiliki hubungan yang saling mendukung, bukan diisi dengan persaingan.

7. Selalu membutuhkan banyak tenaga ketika bersamanya

Setiap kali berkomunikasi, anak sering merasa lelah secara emosional. Drama, tuntutan, dan sikap yang penuh dengan kebutuhan menghabiskan energinya.

Jika berlangsung terus-menerus, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan mental anak. Ia mungkin merasa tidak pernah cukup dalam memenuhi kebutuhan saudaranya.

Cara menghadapinya:

Ibu bisa mengajarkan anak untuk mengecek perasaannya sebelum berjumpa. Latih juga agar ia berani menetapkan batasan secara konsisten untuk melindungi dirinya sendiri.

8. Seluruh fokus hanya terpusat pada dirinya sendiri

Terkadang anak menceritakan banyak hal, tetapi saudaranya tidak pernah bertanya tentang keadaannya. Sebagian besar percakapan hanya fokus pada kehidupan saudara tersebut.

Jika pola ini terus berlangsung, jelas terdapat ketidakseimbangan dalam hubungan tersebut. Anak mungkin merasa tidak diperhatikan maupun dihargai.

Cara menghadapinya:

Ibu dapat membantu anak untuk memperhatikan pola ini. Dorong dia menyampaikannya dengan tenang, bahwa ia juga membutuhkan ruang untuk didengar, sehingga alasan menjaga jaraknya bisa dipahami.

9. Selalu terdapat jawaban yang terselubung

Saudara mungkin bersedia membantu anak, namun selalu diiringi dengan harapan balasan. Padahal, bantuan yang tulus seharusnya tidak dilengkapi dengan syarat.

Jika setiap tindakan baik digunakan sebagai alat tukar, hubungan terasa memberatkan dan penuh tekanan. Anak-anak menjadi sulit membedakan antara kejujuran dan tindakan manipulatif.

Cara menghadapinya:

Ibu dapat memberikan contoh nyata kepada anak, bahwa ia tidak perlu selalu menuruti keinginan saudara perempuannya. Dengan demikian, anak akan belajar bahwa menjaga pendapat dan keinginannya sendiri juga penting.

Itulah tanda-tanda toxic sisterPada anak perempuan menurut psikolog. Dengan mengenali gejalanya sejak dini, Ibu dapat lebih tanggap dalam mendampingi anak agar hubungan saudara tetap baik.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk joinkomunitas Squad. Daftar klik diSINI. Gratis!