Film fantasi akan membawa kita ke negeri yang penuh keajaiban, makhluk mistis, petualangan yang mengasyikkan, dan hadirnya pahlawan yang menuntun kita sepanjang film. Hayo, siapa, nih, penggemar film fantasi?
Namun, tahu gak, sih, kamu kalau
film fantasi
sebenarnya menentang logika dan sering kali gak masuk akal? Tentu saja, bahkan film fantasi beranggaran besar yang jadi favorit banyak orang dan memenangkan penghargaan pun masih diisi dengan kisah dan adegan-adegan absurd, lho. Contohnya saja trilogi
The Lord of the Rings
garapan Peter Jackson.
Nah, apa saja, ya, hal-hal absurd yang terpaksa kita abaikan jika kita ingin menikmati film fantasi? Coba kita cek melalui ulasan berikut ini, ya!
1. Pemimpin digambarkan sebagai orang baik
Dalam banyak film fantasi, para pahlawan atau protagonis harus menggulingkan raja atau ratu jahat yang memerintah secara gak adil. Contohnya saja dalam
remake Snow White
versi
live action
Disney (2025), di mana Snow White berperan sebagai orang baik yang memimpin revolusi melawan ratu jahat. Namun, kiasan ini paling terlihat dalam film
The Lord of the Rings
, trilogi Peter Jackson yang didasarkan dari buku-buku karya J R R Tolkien.
Pada akhir trilogi film Peter Jackson ini, Aragorn, putra Arathorn, telah menggantikan Denethor, mendiang Pelayan Gondor, ke atas takhta. Hal ini dirayakan masyarakat, meskipun kehadiran Aragorn ini dipertanyakan oleh beberapa orang, termasuk penulis
A Song of Ice and Fire
bernama George R R Martin. “Memerintah itu sulit,” kata Martin kepada
Rolling Stone
.
Rupanya, menjadi orang baik saja gak cukup untuk bisa memerintah suatu kerajaan. Jadi pertanyaannya, apakah kebijakan pajak Aragorn gak membebani rakyatnya? Apa yang dia lakukan pada masa banjir dan kelaparan melanda? Apa semua itu berhasil ditangani Aragorn?
Sejujurnya, ada banyak hal yang lebih penting dalam memimpin negara selain menjadi orang baik dan terampil berperang. Nah, kenyataan ini sering kali diabaikan dalam film fantasi. Meskipun menjadi orang baik sangat diperlukan bagi seorang pemimpin, tetapi menjadi orang yang baik bukanlah satu-satunya hal yang diperlukan dalam hal memerintah.
2. Ramalan tentang Yang Terpilih memperkuat gagasan bahwa beberapa orang dilahirkan lebih unggul
Film fantasi terkenal dengan ramalan “Yang Terpilih”. Hal ini muncul dalam seri film
Harry Potter
(2001)
,
The Chronicles of Narnia
(2005),
Percy Jackson
(2010), hingga film yang menampilkan salah satu karakter fantasi OG dalam King Arthur, seperti
Excalibur
(1981) dan
King Arthur: Legend of the Sword
(2017). Dalam cerita-cerita ini, selalu ada ramalan yang bilang kalau sang pahlawan akan mengalahkan kejahatan dan menyelamatkan dunia. Namun, banyak kritikus yang menyayangkan. Ramalan ini justru bikin ceritanya jadi gak tegang.
Film-film ini memberi tahu kita kalau beberapa orang terlahir istimewa dan ditakdirkan untuk menjadi orang hebat. Semua orang pun harus mengikuti dan mendukung mereka. Tokoh protagonis yang terpilih, biasanya muncul sebagai pecundang, tapi punya keistimewaan sendiri.
3. Jika karakter penjahat kalah atau mati, semua pasukan atau pengikutnya akan ikut mundur
Dalan film fantasi, pemimpin kejahatan yang berhasil dikalahkan, pasukannya akan ikut runtuh. Hal ini tergambar jelas dalam film
The Lord of the Ring: The Return of the King
(2003). Dalam seri terakhir trilogi Peter Jackson ini, Frodo dan Sam akhirnya sampai di Mount Doom.
Sauron dikalahkan ketika One Ring berakhir di api gunung, satu-satunya hal yang dapat menghancurkannya. Ketika cincin itu meleleh dan menara Sauron runtuh, pasukan orc dan trollnya melarikan diri di tengah pertempuran, meskipun jumlah mereka jauh lebih banyak daripada pasukan Aragorn yang hampir dikalahkan.
Adegan ini bisa dibilang absurd.
Yap
, meskipun Sauron telah digulingkan, seharusnya pasukannya bisa saja menghabisi pasukan Aragorn. Apalagi, pasukan Aragorn sudah gak berdaya dan lebih mudah untuk dikalahkan. Jika hal ini dilakukan oleh pasukan Sauron dan mereka menang, mereka pun bisa memilih pemimpin baru yang mereka inginkan.
Rupanya,
The Lord of the Rings
bukan satu-satunya karya fantasi yang menyelipkan adegan ini. Adegan absurd ini juga muncul dalam film
Harry Potter
ketika Voldemort meninggal. Ada juga kematian Kaisar Palpatine yang menyebabkan Kekaisaran Galaksi hancur dalam film
Star Wars
. Semua pasukan kejahatan ini tiba-tiba melarikan diri secara misterius ketika mengetahui kalau pemimpin mereka telah meninggal.
4. Kisah asmara antara manusia dan makhluk lain, seperti vampir
Dalam film fantasi, kisah antara manusia dengan makhluk lain sering kali bikin kita bingung. Meskipun kita sendiri menikmati filmnya. Lihat saja Edward Cullen dan Bella Swan dari film
Twilight
(2008).
Bella Swan bertemu dengan vampir tampan dan
cool
bernama Edward itu di usia 17 tahun.
Yap
, Edward sendiri mengaku berusia 17 tahun, mengingat wajahnya gak bisa menua karena dia vampir. Namun aslinya, usia Edward lebih dari seratus tahun. Tentu, pengalaman Edward lebih banyak ketimbang Bella.
Hal yang sama juga terjadi kepada putri Dracula bernama Mavis, dan seorang manusia bernama dalam film
Hotel Transylvania
(2012). Mavis diceritakan berusia 18 tahun dalam hitungan vampir, tetapi sebenarnya dia berusia 118 tahun dalam hitungan manusia. Sementara itu, Johnny berusia 29 tahun dalam film pertama. Wah, jadi membingungkan, ya.
5. Pandangan terkait ras dalam genre fantasi
Menjelang perilisan film
The Lord of the Rings: The Two Towers
karya Peter Jackson pada 2002, seorang kritikus dari
The Guardian
mengkritik buku J R R Tolkien yang menjadi adaptasi untuk film tersebut. Pasalnya,
The Two Towers
merupakan kisah pertempuran antara Isengard dan Rohan. Dalam buku tertulis, di sisi yang baik, para penunggang kuda dari Kerajaan Rohan, digambarkan berkulit putih, dengan tombak yang cemerlang. Pemimpin mereka pun digambarkan sangat tinggi.
Di sisi yang jahat, para orc dari Isengard digambarkan sebagai sekelompok orang yang muram dan gelap dari perbukitan. Mereka berkulit gelap dan bermata sipit. Jadi, secara gak sadar, orang-orang baik digambarkan berkulit putih dan orang-orang jahat berkulit hitam. Jika kamu penggemar karya J R R Tolkien, pasti kamu tahu kalau banyak pandangannya yang mengarah ke anti-rasis, mengkritik anti-Semitisme Nazi dan apartheid di Afrika Selatan.
Kemudian, dalam waralaba
Harry Potter
, Peri Rumah melayani keluarga sihir. Anehnya, Peri Rumah ini sangat suka dengan pekerjaannya sebagai budak. Peri Rumah bahkan merasa tertekan saat dibebaskan. Bisa dibilang, mereka sangat menyukai perbudakan.
Dobby adalah contoh langka Peri Rumah yang justru menyukai kebebasan. Bahkan, Harry Potter sendiri memiliki seorang budak, karena Sirius Black mewariskan semua yang dimilikinya kepada Harry, termasuk Peri Rumah bernama Kreacher.
6. Karakter perempuan tangguh dalam film fantasi
Dalam film fantasi, pemeran utama perempuan sering kali digambarkan sebagai perempuan tangguh. Hal ini dikenal sebagai
Trinity Syndrome
, ketika karakter Carrie-Anne Moss dalam film
The Matrix
(1999) muncul pertama kali. Istilah ini sendiri dicetuskan oleh Tasha Robinson dalam sebuah artikel untuk
The Dissolve
.
Kenapa demikian?
Yap
, Trinity digambarkan jauh lebih cakap dari pada Neo. Namun, pada akhir film, Trinity hanya menjadi karakter sampingan atau kedua setelah Neo. Intinya, ia gak lagi unggul. Ada banyak contoh lain dalam genre fantasi yang menggambarkan karakter seperti ini, contohnya Tauriel dari film
The Hobbit
.
Namun, beberapa film fantasi membuat karakter perempuan menjadi lemah meskipun perempuan ini sebenarnya punya
power
. Alhasil, si karakter perempuan ini harus diselamatkan oleh karakter laki-laki. Nah, contohnya saja dalam
remake live action
Disney
Aladdin
(2019) dan
The Super Mario Bros. Movie
(2023). Dalam film-film ini, para putri adalah karakter yang kuat, tetapi mereka terlihat bodoh karena harus diselamatkan oleh beberapa orang yang gak mereka kenal.
7. Kemiskinan dalam dunia sihir
Jika berbicara tentang film fantasi, pasti sihir gak mungkin ketinggalan, sih. Namun, sihir dalam film fantasi dibedakan menjadi dua, yaitu
high fantasy
dan
low fantasy
.
Low fantasy
adalah sebuah cerita yang berlatar di dunia nyata, tetapi diselipkan unsur sihir dan makhluk abadi. Sedangkan
high fantasy
adalah sebuah cerita yang berlatar di dunia lain, di mana mantra dan makhluk ajaib adalah norma.
Namun, dalam
high fantasy
, terselip kesenjangan yang gak bisa dijelaskan secara logika. Misalnya, mengapa kemiskinan ada di dunia
Harry Potter
, jika para penyihirnya bisa menciptakan hampir semua yang mereka butuhkan? Nah, salah satu alasan kenapa kemiskinan ada di dunia kita (dunia Muggle, yang disebut dalam film
Harry Potter
) adalah masalah sumber daya. Namun, apa penyebab kemiskinan dalam dunia sihir
Harry Potter
? Seperti, kenapa keluarga Weasley miskin?
Yap
, sebenarnya ada jawabannya.
Chrysopoeia
(kemampuan mengubah logam dasar menjadi emas) rupanya gak bisa dilakukan oleh pengguna sihir biasa. Apalagi menciptakan hal-hal tertentu menggunakan tongkat sihir dilarang oleh Hukum Transfigurasi Elemen Gamp. Jadi, seperti itulah dunia sihir dalam
Harry Potter
.
8. Manusia yang berubah menjadi benda mati
Banyak film fantasi yang menampilkan hewan berakal, tumbuhan berakal, dan bahkan benda mati berakal. Salah satu di antaranya berasal dari film
Beauty and the Beast
. Dalam film animasi klasik Disney yang rilis pada 1991 dan
remake live action
-nya pada 2017 ini, film bercerita tentang seorang pangeran yang berubah menjadi binatang dan semua staf istananya berubah menjadi benda mati.
Kepala istananya yang bernama Cogsworth berubah menjadi jam, pelayannya yang bernama Lumière berubah menjadi tempat lilin, kepala pengurus istananya yang bernama Mrs. Potts berubah menjadi teko, dan lainnya. Anehnya, mereka semua gak mengalami trauma sama sekali setelah bertahun-tahun hidup sebagai benda rumah tangga.
Ketika kutukan dipatahkan dan benda-benda yang terkena sihir itu berubah kembali menjadi manusia, semuanya baik-baik saja. Mereka memeluk sang pangeran dengan erat dalam film animasi, dan dalam versi
live action
, Lumière bahkan membungkuk kepada pangeran setelah menjadi manusia lagi. Padahal, mereka bisa aja gak, sih, marah-marah ke pangeran karena semua masalah ini terjadi berkat si pangeran.
9. Kengapa Gandalf gak menyuruh Eagles saja untuk membawa cincin ke Mount Doom?
Kenapa Eagles (elang raksasa) gak membawa Frodo ke Mordor dalam film
The Lord of the Rings
? Dengan begitu, mungkin Frodo bisa sampai lebih cepat tanpa harus melewati perjalanan yang berbahaya. Apa mungkin Eagles akan kalah dengan kekuatan One Ring dalam perjalanan? Atau mungkin Sauron curiga dan akan mencari Eagles. Itulah sebabnya, Gandalf lebih mengandalkan Hobbit untuk membawa cincin.
J R R Tolkien sebenarnya pernah ditanya dan menjawab tentang topik ini. Dalam suratnya kepada beberapa produser yang mencoba mengadaptasi cerita tersebut menjadi sebuah film, Tolkien bilang, jika Eagles membawa One Ring ke Mordor, hal tersebut akan merusak kisahnya. “Eagles adalah ‘mesin’ yang berbahaya. Saya jarang menggunakannya, dan itulah batas mutlak kredibilitas atau kegunaannya,” tulisnya dalam pesan tersebut, yang diterbitkan dalam buku
The Letters of J.R.R. Tolkien
.
Jika kamu penikmat
film fantasi
, memang gak ada salahnya, sih, mengesampingkan hal-hal absurd yang sering kali muncul. Memang begitulah seni, selalu menghadirkan hal yang bertentangan dengan logika. Tapi jujur, sih, film fantasi itu seru! Iya, kan?