Hal-hal kecil yang terdengar biasa justru berdampak pada pertumbuhan emosional anak. Sebaliknya, ucapan seperti mengajar atau membandingkan yang sering Ibu ucapkan justru membuat Anak merasa tidak dipahami.
Di dalam bidang psikologi, tindakan semacam ini dikenal sebagai istilahgaslighting, yaitu bentuk pengaruh emosional yang sering terjadi dalam hubungan yang tidak sehat.
Jika kejadian ini sering terjadi, anak dapat berkembang menjadi seseorang yang kurang percaya diri dan kesulitan mengekspresikan perasaannya secara sehat. Banyak orang tua mungkin tidak menyadari bahwa mereka melakukan hal tersebut.
Niatnya hanya ingin memberikan ketenangan atau kehangatan kepada anak agar tidak terlalu terjebak dalam rasa sedih. Namun tanpa disadari, pendekatan tersebut justru membuat Si Kecil merasa tidak dipahami dan akhirnya menutup diri.
“Gaslighting membuat anak merasa bahwa perasaan, ucapan, atau pandangan mereka salah, atau membuat mereka merasa bersalah atas sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan mereka,” kata psikolog perkembangan di Amerika Serikat, Dr. Irene Daria, Ph.D., dilansir dari lamanParade.
“Alih-alih mendengarkan dan mengakui pemikiran atau perasaan anak, orang tua sering kali secara tidak sengaja menyampaikan ucapan yang membuat anak meragukan realitas mereka sendiri atau merasa tidak dianggap,” tambahnya.
Dampak dari tindakan gaslighting terhadap rasa percaya diri anak
Menurut Psikolog Irene Daria, gaslightingdapat membuat anak merasa kewalahan ketika mereka berusaha menyampaikan pikiran dan perasaan mereka. Anak mungkin mulai merasa emosinya tidak dianggap penting atau tidak diperhatikan oleh orang sekitarnya.
“Ini dapat memengaruhi perkembangan emosional mereka, membuat anak terputus dari perasaan sendiri dan mulai meragukan pandangan mereka terhadap kenyataan,” kata Daria.
Akibatnya, anak bisa kehilangan rasa percaya diri dan enggan menyampaikan pendapatnya. Mereka juga mungkin menjadi terlalu bergantung pada pendapat orang lain.
“Anak mungkin menjadi kurang percaya diri, diam saat terjadi kesalahan, dan terlalu bergantung pada pendapat orang lain. Akibatnya, rasa percaya diri dan harga diri mereka akan menurun serta kesulitan mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri,” lanjutnya.
Pernyataan yang sebaiknya dihindari oleh psikolog dalam gaslighting Kalimat-kalimat yang perlu dihindari oleh psikolog terkait gaslighting Pernyataan yang tidak boleh digunakan oleh psikolog dalam konteks gaslighting Ucapan yang harus dijauhi oleh psikolog agar tidak terjadi gaslighting Kalimat-kalimat berbahaya yang perlu dihindari oleh psikolog dalam pengaruh gaslighting
Berikut sembilan kalimat gaslighting yang sebaiknya Ibu hindari agar Anak Kecil dapat mengekspresikan dirinya secara sehat menurut psikolog Irene Daria seperti yang dilaporkan di lamanParade:
1. “Jangan nangis”
Kalimat ini secara langsung melarang anak untuk menunjukkan perasaannya. Ketika Ibu mengucapkannya, Anak Kecil belajar untuk menahan air mata dan menyembunyikan perasaan sedih, takut, atau kecewa.
Akibatnya, anak mungkin mengalami kesulitan memahami perasaannya sendiri dan merasa emosinya tidak sah. Memberi ruang bagi anak untuk menangis justru dapat membantu mereka belajar mengenali serta mengelola perasaan mereka.
2. “Jangan menjadi anak yang murung/kuatir/takut”
Pernyataan ini bisa menghilangkan perasaan anak dan menggantinya dengan harapan Bunda. Anak akan merasa bahwa apa yang mereka alami adalah salah atau tidak diterima.
“Anak bisa merasa lebih terpuruk karena selain sedih atau takut, mereka juga mengalami tekanan pikiran karena diberi tahu bahwa perasaan mereka tidak benar,” jelas Daria.
Ibu dapat memberikan pemahaman dan mendengarkan tanpa menghakimi agar anak merasa aman dan dianggap. Selain itu, Ibu juga bisa mencoba menenangkan anak dengan ucapan yang mengakui perasaannya.
3. “Kamu terlalu mudah tersentuh” atau “Kamu berlebihan sekali”
Kalimat seperti “kamu terlalu sensitif” dapat membuat Si Kecil merasa bersalah karena perasaan yang mereka alami. Anak mungkin mulai meragukan emosinya sendiri.
“Anak bisa berhenti percaya pada perasaannya atau memilih diam karena takut dianggap salah,” lanjut Daria.
Sebaliknya, Ibu dapat mengajarkan anak bahwa setiap perasaan itu sah dan membantu mereka mengekspresikannya dengan cara yang baik.
4. “Bukan begitu kejadiannya”
Kalimat seperti “kamu salah mengerti” atau “kamu tahu maksud Ibu tidak demikian” dapat membuat anak meragukan pengalamannya sendiri. Hal ini berpotensi mengurangi kepercayaan anak terhadap dirinya maupun orang tuanya.
Sebaliknya, coba tanyakan secara lebih mendalam, yaitu apa yang mereka alami dan bagaimana pengalaman tersebut terlihat dari sudut pandang mereka.
5. “Itu tidak sakit kok”
Kalimat ini secara implisit menolak pengalaman fisik anak, seakan-akan rasa sakit mereka tidak memiliki arti. Secara perlahan, Si Kecil mungkin mulai mengabaikan tanda-tanda tubuhnya dan bingung membedakan antara rasa sakit yang nyata dan yang tidak.
Ibu dapat mengakui rasa sakit anak dan memberikan ketenangan kepada mereka, misalnya dengan ucapan, “Aku melihat kamu sedang kesakitan, mari kita atasi bersama-sama.” Mengakui rasa sakitnya membantu anak belajar mengenali tubuh mereka sendiri secara aman.
6. “Jika kamu bersikap lebih baik, aku tidak akan marah”
Kalimat ini mengalihkan tanggung jawab emosional Bunda kepada anak. Anak kecil mungkin merasa bersalah dan bertanggung jawab atas perasaan orang lain.
Sebaliknya, beri tahu anak bahwa marah adalah hal yang wajar bagi orang tua, tetapi Bunda tetap mampu mengendalikannya tanpa menyalahkan anak. Pendekatan ini membantu Si Kecil belajar mengenali batasan emosinya secara sehat.
7. “Anak yang lain tidak seperti kamu”
Kalimat ini menggambarkan perbandingan antara anak dengan orang lain yang dapat membuat mereka merasa tidak bernilai. Perbandingan semacam ini berpotensi menurunkan harga diri anak serta mengurangi rasa percaya dirinya.
Fokuslah pada setiap hal yang dilakukan Si Kecil dan berikan pujian terhadap usahanya sendiri. Memberikan pengakuan terhadap kemampuannya dapat membuat anak merasa dihargai, Ibu.
8. “Sangat menyesal, ya…” (dengan nada sarkastik)
Sikap sinis dapat menurunkan perasaan anak dan membuat mereka merasa malu untuk mengekspresikan perasaannya di masa depan. Akibatnya, Anak Kecil menjadi enggan menunjukkan apa yang mereka rasakan, Ibu.
Ibu dapat mengganti nada ini dengan rasa empati yang tulus. Contohnya, ucapkan “Aku melihat kamu sedang marah, mari kita bicarakan bersama”. Hal ini pasti bisa membantu anak merasa emosinya diterima.
9. “Kamu buat sendiri saja” atau “Kamu hanya bermimpi”
Kalimat ini secara tidak langsung menyatakan bahwa anak berbohong dan membuat mereka meragukan pengalaman pribadinya. Akibatnya, Anak Kecil mungkin merasa takut untuk bercerita, bahkan ketika menghadapi situasi yang sangat serius seperti kekerasan.
Alih-alih menyalahkan, dengarkan anak dengan penuh perhatian dan berikan pengakuan. Contohnya, Ibu bisa berkata, “Aku percaya kamu, mari kita selesaikan bersama”.
Bagaimana jika Ibu telah pernah melakukan tindakan gaslighting terhadap anak?
Jika Ibu menyadari pernah melakukangaslighting pada anak, jangan langsung merasa bersalah, ya. Hal ini biasanya tidak dilakukan dengan maksud yang buruk, tetapi karena kondisi tertentu yang membuat orang tua bertindak spontan.
“Orang tua mungkin merasa marah, rentan, atau tidak mampu. Sebagai cara melindungi diri, mereka berusaha memperkecil masalah,” ujar Daria.
Saran dari seorang psikolog, sebaiknya mulai dengan mendengarkan perasaan anak terlebih dahulu, meskipun hal tersebut terasa tidak nyaman bagi Ibu.
“Ketika anak merasa marah, jangan segera berusaha memperbaiki masalahnya. Pertama-tama dengarkan perasaan mereka,” tegasnya.
Selain mendengarkan anak kecil, penting juga untuk mengakui emosi yang dirasakan olehnya.
“Pastikan juga untuk memvalidasi perasaan mereka. Misalnya, katakan, ‘Ibu mendengar kamu sedang sedih,’ atau ‘aku tahu kamu kecewa, ceritakan lebih lanjut, ya,” tambahnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk joinkomunitas Squad. Daftar klik diSINI. Gratis!

Bukti dari 200 Anak, Ini 9 Kebiasaan Orang Tua yang Membentuk Kemampuan Sosial Anak yang Luar Biasa
5 Kalimat Paling Efektif agar Anak Bersedia Mendengarkan Orang Tua Menurut Ahli Psikologi
Ahli Psikologi Mengungkap 7 Kalimat Sederhana yang Dapat Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak




