– Setiap generasi memang sering merasa generasi sebelumnya agak “tidak sesuai dengan zaman”. Namun terkadang, generasi boomer tidak hanya salah arah, mereka seperti menembak ke planet yang berbeda.
Ini adalah saat di mana saran, keyakinan, atau keputusan mereka secara nyata menunjukkan bahwa mereka masih terjebak dalam masa lalu.
Jika pernah berada di tengah percakapan yang membuatmu merasa, “Kita bahkan tidak berbicara dalam bahasa yang sama,” ya… itu contohnya.
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Dikutip dari VegOut, berikut ini beberapa nasihat yang terdengar bijaksana hingga kamu menyadari bahwa nasihat tersebut berasal dari dunia yang sudah tidak ada lagi.
1. Meminta Seseorang untuk “Hanya Membeli Rumah”
Siapa tahu sudah berapa kali para generasi boomer berkata, “Jika ingin memiliki rumah, hentikan saja kebiasaan makan di luar.”
Saran ini mungkin masuk akal pada tahun 1975, saat harga rumah rata-rata sekitar empat kali dari penghasilan tahunan.
Sekarang? Di berbagai kota besar di Amerika Serikat, rasio tersebut bisa mencapai lima hingga enam kali lipat—belum termasuk biaya sewa yang sangat tinggi, gaji yang tidak naik, dan utang pendidikan yang sangat memberatkan.
Menghemat uang dengan mengurangi pembelian kopi dan salad memang terlihat bijaksana, tetapi tetap tidak cukup untuk menutupi kekurangan ratusan ribu dolar. Para Boomer sering menggambarkan masalah ini seolah-olah kamu tinggal di masa Carter, padahal kenyataannya sudah sangat berbeda.
2. Berpikir “Level Pemula” Berarti Tidak Memiliki Pengalaman
Bagi banyak orang dari generasi baby boomer, pekerjaan level pemula berarti kamu datang tanpa pengalaman dan mulai belajar dari awal di kantor. Dulu, memang ada jalur “naik dari bawah” seperti itu—dimulai sebagai staf arsip, lalu secara perlahan naik jabatan.
Sekarang? Posisi level pemula mungkin mengharuskan pengalaman 2–5 tahun, keterampilan perangkat lunak tertentu, bahkan gelar magister.
Pekerjaan awal yang tidak benar-benar “awal” ini membuat saran para generasi sebelumnya terasa seperti kisah masa lalu.
3. Memandang tetap bekerja di satu pekerjaan sepanjang hidup sebagai tujuan utama
Bagi generasi boomer, sering berganti pekerjaan dianggap sebagai tanda yang tidak baik. Dulu, setia pada satu perusahaan bisa menghasilkan masa pensiun yang nyaman, promosi, serta jaminan pekerjaan.
Saat ini, tinggal terlalu lama di satu tempat bisa menyebabkan gaji tidak berkembang dan kesempatan yang hilang. Data ADP menunjukkan bahwa orang yang berpindah pekerjaan cenderung mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar dibandingkan yang tetap bekerja di tempat yang sama.
Masa jam tangan emas telah berlalu—loyalitas kini berarti kemampuan untuk beradaptasi.
4. Percaya bahwa Kuliah adalah Akses Utama Menuju Kesuksesan
Saran “kuliah, lalu dapat pekerjaan baik” memang efektif pada masa muda generasi boomer, ketika biaya pendidikan terjangkau dan gelar sarjana hampir pasti membawa seseorang ke kelas menengah.
Hari ini, lulusan baru sering menghadapi utang ratusan juta rupiah dan bersaing untuk pekerjaan yang tidak memerlukan gelar. Biaya pendidikan tinggi meningkat lebih cepat dibandingkan inflasi, namun saran yang diberikan tetap sama seperti 40 tahun yang lalu.
5. Memandang Kesehatan Mental sebagai Kelamahan
Generasi Boomer tumbuh dalam budaya yang menghargai ketangguhan, di mana depresi atau kecemasan dianggap sebagai tanda kelemahan. Saran umum yang sering diberikan adalah “hanya berpikir positif” atau “jangan terlalu memikirkan hal itu.”
Meskipun penelitian jelas menunjukkan bahwa mengabaikan kesehatan mental dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, karier, dan hubungan.
Generasi saat ini memahami bahwa bertahan hidup bukan berarti menyembunyikan keadaan yang tidak baik, melainkan mencari metode yang sehat dan dapat dipertahankan untuk merawat diri.
6. Percayai Berita Sebagai Informasi yang Objektif dan Handal
Bagi banyak generasi baby boomer, berita dianggap sebagai kebenaran. Mereka tumbuh pada masa ketika hanya sedikit media besar yang menjaga nama baiknya dan bersaing dalam hal kepercayaan publik.
Sekarang? Lingkungan berita diisi dengan informasi yang tidak akurat, bias politik, serta kecepatan peliputan yang sering mengorbankan ketepatan.
Pemuda perlu mahir melakukan pengecekan silang, memeriksa tanggal, serta memahami cara penyajian berita—hal ini terasa asing bagi banyak orang tua.
7. Menganggap Pensiun sebagai Sesuatu yang Pasti
Para generasi Boomer tumbuh dengan keyakinan bahwa kerja keras, menabung, serta kesetiaan kepada perusahaan akan menghasilkan masa pensiun yang nyaman.
Namun bagi generasi milenial dan Gen Z, pensiun lebih terasa seperti undian yang tidak pasti. Dana pensiun semakin berkurang, biaya kesehatan meningkat tajam, dan pekerjaan yang fleksibel jarang memberikan jaminan masa depan.
Tetap saja, saran yang sering diucapkan oleh generasi boomer terkadang hanya sebatas “hanya menghemat lebih banyak”—tanpa menyadari bahwa tantangan saat ini jauh lebih berat.
Kesimpulannya, banyak nasihat yang diberikan oleh generasi boomer berasal dari masa di mana jalur menuju stabilitas terlihat lebih jelas.
Kendala utamanya adalah mereka sering kali melupakan bahwa peta tersebut sudah tidak lagi relevan, sementara kami sedang berupaya bertahan di lingkungan yang sama sekali berbeda.