– Seiring bertambahnya usia, seseorang sering kali merasa bahwa pengalaman hidup yang panjang otomatis menjadikannya lebih bijaksana dan disegani.
Namun kenyataannya, tidak sedikit orang lanjut usia yang justru mulai kehilangan simpati dan rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya.
Hal ini bukan semata karena faktor umur, melainkan karena munculnya sejumlah kebiasaan yang tanpa disadari membuat mereka tampak keras kepala, sulit diajak berdiskusi, atau bahkan menyebalkan bagi orang lain.
Padahal, niat mereka sering kali tidak buruk, hanya saja cara penyampaian dan sikap yang ditunjukkan terkadang membuat orang lain menjauh.
Dilansir dari laman Global English Editing pada Minggu (26/10), berikut merupakan 7 kebiasaan yang kerap muncul pada orang lanjut usia dan secara perlahan membuat mereka semakin tidak disukai.
1. Meremehkan Generasi Muda
Salah satu kebiasaan yang sering muncul pada orang yang lebih tua adalah suka membandingkan generasi muda dengan generasi mereka sendiri.
Ucapan seperti “zaman saya dulu lebih susah” atau “anak muda sekarang manja” sering kali keluar tanpa disadari. Padahal, setiap generasi memiliki tantangan dan nilai-nilai yang berbeda.
Ketika seseorang terlalu sering meremehkan generasi muda, ia bisa dianggap sombong dan sulit diajak bergaul.
Sikap seperti ini juga membuat jarak antara generasi semakin lebar. Sebaliknya, orang yang mau mendengarkan, memahami, dan menghargai pandangan anak muda justru akan lebih dihormati.
Dengan membuka diri terhadap cara berpikir mereka, seseorang dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan menunjukkan bahwa kebijaksanaan sejati datang dari kemampuan untuk terus belajar, bukan hanya dari usia.
2. Suka Menyimpan Dendam
Seiring bertambahnya usia, sebagian orang justru semakin sulit melepaskan rasa sakit hati.
Mereka cenderung mengingat perlakuan buruk orang lain dan menyimpannya sebagai dendam, bahkan untuk waktu yang lama.
Hal ini bisa membuat hati menjadi berat dan dipenuhi amarah yang tidak perlu. Akibatnya, hubungan sosial pun menjadi renggang karena orang-orang di sekitar merasa tidak nyaman dengan sikap keras dan penuh kebencian tersebut.
Padahal, memaafkan bukan berarti membiarkan kesalahan orang lain begitu saja, melainkan cara untuk membebaskan diri dari beban batin yang menghambat kebahagiaan.
Orang yang mampu memaafkan dengan tulus akan terlihat lebih tenang, berwibawa, dan memiliki aura positif yang menenangkan.
Sikap seperti inilah yang membuat seseorang lebih disukai dan dihormati oleh banyak orang.
3. Keras Kepala dan Menolak Perubahan
Bertambahnya usia sering kali membuat seseorang menjadi lebih kaku dan sulit menerima perubahan.
Mereka merasa nyaman dengan cara lama yang sudah dijalani selama bertahun-tahun, sehingga cenderung menolak hal-hal baru yang dianggap asing.
Misalnya, menolak perkembangan teknologi, enggan mempelajari kebiasaan baru, atau tidak mau mengikuti perubahan dalam lingkungan sosial.
Sikap seperti ini sebenarnya dapat membuat seseorang tampak tertutup dan sulit beradaptasi, sehingga orang lain merasa enggan berinteraksi.
Padahal, perubahan adalah bagian alami dari kehidupan yang tidak bisa dihindari. Orang yang tetap terbuka terhadap hal baru, mau belajar, dan berani keluar dari zona nyaman akan terlihat lebih bijak, fleksibel, dan menyenangkan untuk diajak bergaul di usia berapa pun.
4. Terlalu Sering Berpikir Negatif
Tidak sedikit orang yang, seiring bertambahnya usia, menjadi lebih pesimis dan sulit melihat sisi baik dari kehidupan. Mereka lebih sering mengeluh, menyoroti hal-hal buruk, dan jarang bersyukur atas apa yang dimiliki.
Sikap negatif yang terus menerus seperti ini dapat menular dan membuat suasana di sekitar mereka menjadi tidak menyenangkan.
Orang-orang cenderung menjauh karena merasa energi mereka terkuras saat berinteraksi dengan pribadi yang selalu mengeluh.
Padahal, memilih untuk berpikir positif dan bersyukur atas hal-hal kecil dapat membuat hidup mereka terasa lebih ringan dan membahagiakan.
Seseorang yang mampu melihat sisi baik dari suatu keadaan akan lebih disukai, karena ia membawa semangat dan ketenangan bagi orang-orang di sekitarnya. Positivitas adalah energi yang menular dan selalu menarik bagi siapa pun.
5. Tidak Menghargai Waktu Orang Lain
Seiring bertambahnya umur, beberapa orang menjadi kurang peka terhadap waktu orang lain.
Mereka mungkin datang terlambat, berbicara terlalu lama, atau menunda-nunda sesuatu tanpa menyadari bahwa orang lain memiliki kesibukan sendiri.
Tindakan kecil seperti ini dapat menimbulkan kesan bahwa mereka tidak menghormati waktu orang lain, bahkan terkesan egois.
Padahal, menghargai waktu adalah bentuk sopan santun dan rasa hormat yang sangat penting dalam menjaga hubungan sosial.
Orang yang tahu cara mengatur waktu dengan baik, datang tepat waktu, dan tidak membuang waktu orang lain akan selalu dihargai dan disukai.
Menghormati waktu berarti menunjukkan bahwa kita menghargai kehadiran dan komitmen orang lain, bukan hanya memikirkan diri sendiri.
6. Tidak Mau Mendengarkan
Semakin bertambah usia, sebagian orang menjadi terlalu fokus untuk berbicara dan berbagi pengalaman, sehingga lupa untuk mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh.
Padahal, mendengarkan bukan hanya soal diam ketika orang lain bicara, tetapi juga tentang memahami perasaan dan sudut pandang mereka.
Orang yang benar-benar mau mendengarkan akan membuat lawan bicaranya merasa dihargai dan dipahami.
Sebaliknya, jika seseorang hanya ingin didengar tanpa memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara, ia bisa dianggap egois dan sulit diajak berkomunikasi.
Mendengarkan dengan empati adalah tanda kebijaksanaan dan kedewasaan yang sejati.
Orang yang mau mendengarkan biasanya lebih disukai karena kehadirannya akan memberikan rasa nyaman, kehangatan, dan penerimaan bagi siapa pun yang berinteraksi dengannya.
7. Tidak Mau Mengembangkan Diri
Sebagian orang seiring bertambahnya umur, justru berhenti belajar dan merasa sudah cukup dengan pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya.
Mereka menolak perubahan dalam diri, mempertahankan pola pikir lama, dan enggan mencoba hal baru. Sikap seperti ini bisa membuat seseorang tampak stagnan, membosankan, dan kurang menarik bagi orang lain.
Padahal, proses tumbuh dan belajar seharusnya tidak berhenti hanya karena usia bertambah.
Mengembangkan diri, baik melalui membaca, belajar keterampilan baru, atau memperluas wawasan, akan membuat seseorang terlihat lebih hidup dan bersemangat.
Orang yang terus tumbuh dalam pemikiran dan sikapnya biasanya juga lebih mudah disukai karena menunjukkan semangat hidup dan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.






