Penjelasan Lengkap tentang Burung Sempur-Hujan Darat
Burung sempur-hujan darat (Eurylaimus ochromalus) mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Mereka adalah salah satu dari 14 spesies yang termasuk dalam famili Eurylaimidae, atau dikenal juga sebagai burung madi atau sempur-hujan. Dari foto-foto yang beredar, penampilan mereka sangat menarik dengan warna bulu yang indah dan memikat.
Pada bagian perut, warna bulu burung ini cenderung putih atau krem, sedangkan bagian kepala dan punggung didominasi warna hitam. Ada pola garis putih di leher dan sayap serta bagian bawah ekor yang sedikit hijau kekuningan. Selain itu, paruh mereka berwarna biru dan sklera mata berwarna kuning. Ukuran tubuh mereka terbilang mini, hanya sekitar 13—15 cm dengan bobot 31—39 gram.
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang burung sempur-hujan darat:
1. Peta Persebaran dan Habitat Pilihan
Burung ini tersebar di Asia Tenggara, termasuk wilayah seperti selatan Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra dan Kalimantan), serta Brunei. Luas area tempat tinggal mereka mencapai sekitar 4,2 juta km persegi. Mereka hidup di hutan hujan tropis, hutan sekunder, hutan campuran, rawa, dan lingkungan serupa. Ketinggian habitat yang mereka sukai berkisar antara 0—1.300 meter di atas permukaan laut. Mereka tidak melakukan migrasi, sehingga dapat ditemukan di tempat yang sama sepanjang tahun.
2. Makanan Favorit dan Cara Memperolehnya
Sempur-hujan darat merupakan hewan insektivor yang utamanya mengonsumsi serangga, kumbang, semut, lebah, tawon, moluska, dan hewan kecil lainnya. Di beberapa tempat dan kondisi langka, mereka juga bisa mengonsumsi buah-buahan. Aktivitas mencari makan lebih banyak terjadi pada siang hari karena mereka termasuk hewan diurnal.
Mereka berburu di antara pepohonan atau di atas tanah, dan sangat terampil dalam mencari makanan yang bersembunyi di tumpukan daun, dalam tanah, atau di dalam batang kayu. Mereka sering mencari lubang pohon yang dibuat oleh burung pelatuk karena ada kemungkinan adanya ulat atau serangga di dalamnya. Jika mangsa terbang, mereka mampu menangkapnya sambil terbang di udara.
3. Hidup Berkelompok, Tapi Kadang Bertengkar
Sebenarnya, sempur-hujan darat hidup secara berkelompok dengan jumlah anggota sekitar 2—5 individu. Kelompok ini kompak karena sering mencari makan bersama dan memiliki bentuk komunikasi vokal yang beragam. Namun, kadang antaranggota kelompok bisa bertengkar, terutama saat musim kawin. Jika terjadi persaingan wilayah antar pasangan, mereka akan mulai dengan mengangguk-anggukkan kepala dan bersiul untuk memberi peringatan. Jika tidak dihiraukan, serangan bisa terjadi dengan cara terbang cepat dan saling mengejar.
4. Sistem Reproduksi
Musim kawin bagi sempur-hujan darat terjadi pada musim kemarau, biasanya antara Januari—Oktober. Mereka termasuk hewan setia, sehingga pasangan yang terbentuk akan tetap bersama untuk beberapa tahun berikutnya. Jantan menarik perhatian betina dengan menari dan bernyanyi sambil membuka-menutup sayap, mengibaskan ekor, dan membuka paruh. Betina juga bisa menirukan gerakan tersebut jika tertarik.
Setelah pasangan terbentuk, keduanya bekerja sama membangun sarang yang besar dan tebal. Sarang terbuat dari lumut, jamur, daun, rumput, serat tanaman, akar, dan ranting. Mereka biasanya membangunkan sarang di atas pohon dengan ketinggian 5—18 meter dan kadang dekat dengan sarang lebah untuk perlindungan tambahan.
Betina mulai bertelur dengan jumlah 2—3 butir. Telur mengalami masa inkubasi selama 17—18 hari. Setelah menetas, anak burung akan dirawat oleh kedua induk hingga bisa terbang pada usia 22—23 hari. Di alam liar, usia burung ini mencapai 6 tahun, namun dalam perawatan manusia bisa mencapai 19 tahun.
5. Status Konservasi
Berdasarkan IUCN Red List, sempur-hujan darat masuk dalam kategori “hampir terancam” (Near Threatened). Populasi mereka terus menurun tiap tahunnya, dan bisa saja turun menjadi lebih mengkhawatirkan. Alasan utama penurunan populasi adalah kerusakan habitat akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dan ekstraksi kayu. Dalam satu generasi terakhir, populasi mereka sudah menurun sekitar 20—29 persen.
Perubahan iklim dan perburuan untuk dijadikan hewan peliharaan juga memperparah kondisi. Jika tidak ada upaya konservasi yang cepat, sempur-hujan darat bisa punah dalam beberapa generasi mendatang. Oleh karena itu, penting untuk menjaga lingkungan hutan dari kerusakan yang disengaja agar semua makhluk hidup di sana bisa bertahan.