news  

10 Penyebab Pernikahan Hancur yang Sering Terjadi

10 Penyebab Pernikahan Hancur yang Sering Terjadi

Pentingnya Komunikasi dan Keharmonisan dalam Pernikahan

Pernikahan tidak hanya dibangun dari cinta dan janji setia, tetapi juga dari komunikasi yang sehat, kepercayaan yang kuat, dan komitmen jangka panjang. Sayangnya, banyak pasangan tidak menyadari bahwa hal-hal kecil yang diabaikan bisa menjadi penyebab pernikahan hancur secara perlahan.

Pernikahan sejatinya adalah perjalanan dua individu yang berkomitmen untuk tumbuh bersama, saling menguatkan, dan menghadapi tantangan hidup. Namun dalam praktiknya, tidak semua pasangan berhasil mempertahankan ikatan ini. Banyak hal bisa menjadi penyebab pernikahan hancur, mulai dari komunikasi yang buruk, perselingkuhan, hingga tekanan finansial.

1. Komunikasi yang Buruk

Komunikasi adalah fondasi utama dalam pernikahan. Ketika pasangan tak lagi mampu menyampaikan perasaan, kebutuhan, atau kekhawatiran mereka secara terbuka, maka jarak emosional mulai terbentuk. Salah paham menjadi lebih sering terjadi dan tanpa penyelesaian, hal ini akan menumpuk menjadi rasa kesal yang mendalam. Penyebab pernikahan hancur ini seringkali muncul dari hal-hal kecil yang diabaikan, namun berdampak besar.

Salah satu ahli psikologi, Dr. John Gottman, menyebut empat bentuk komunikasi destruktif paling fatal yakni kritik, sikap defensif, stonewalling (menghindar), dan penghinaan. Yang terakhir disebutnya sebagai tanda paling kuat dari keretakan rumah tangga.

2. Perselingkuhan

Perselingkuhan menjadi salah satu penyebab pernikahan hancur yang paling menyakitkan. Tindakan ini melanggar kepercayaan dan komitmen yang telah dibangun, menciptakan luka emosional yang dalam. Rasa sakit, marah, dan dikhianati membuat hubungan sulit dipulihkan. Meskipun beberapa pasangan mencoba bertahan setelah perselingkuhan, banyak yang akhirnya menyerah karena kepercayaan yang rusak terlalu sulit untuk dipulihkan. Perselingkuhan juga meninggalkan trauma psikologis jangka panjang bagi kedua belah pihak.

3. Tekanan Finansial

Masalah keuangan sering menjadi pemicu konflik yang tak terhindarkan dalam pernikahan. Perbedaan pandangan soal pengeluaran, gaya hidup, atau utang bisa menimbulkan ketegangan. Ketika kebutuhan tak terpenuhi atau salah satu pasangan merasa terbebani, rasa frustasi mulai muncul. Penyebab pernikahan hancur ini seringkali tidak disadari sejak awal, tetapi bisa merusak secara perlahan jika tidak segera ditangani bersama.

4. Penurunan Keintiman

Hubungan suami istri tidak hanya soal kebersamaan, tapi juga kedekatan emosional dan fisik. Saat keintiman berkurang, baik secara seksual maupun emosional, rasa keterikatan ikut memudar. Salah satu atau kedua pihak bisa merasa diabaikan, tidak dicintai, bahkan kesepian dalam rumah tangga sendiri. Penyebab pernikahan hancur ini kerap dianggap sepele, padahal bisa menjadi awal dari kehancuran.

5. Ketidakcocokan yang Semakin Terlihat

Seiring berjalannya waktu, pasangan mungkin menyadari bahwa mereka memiliki nilai, tujuan, atau gaya hidup yang sangat berbeda. Ketika tidak ada titik temu, hubungan bisa menjadi medan perdebatan dan konflik. Ketidakcocokan yang semula tersembunyi bisa menjadi jelas seiring dinamika kehidupan berubah, seperti saat memiliki anak atau menghadapi perubahan karier. Jika tidak diatasi dengan kompromi, ketidakcocokan ini dapat menjadi alasan utama berakhirnya pernikahan.

6. Konflik yang Tidak Pernah Selesai

Pertengkaran adalah hal biasa, tapi jika terlalu sering dan tidak pernah menemukan solusi, maka konflik menjadi racun. Hubungan berubah menjadi ladang perang emosional. Tak jarang, pasangan mulai menyimpan dendam, berbicara dengan nada kasar, atau saling menyalahkan. Lingkungan pernikahan seperti ini tidak sehat dan menjadi salah satu penyebab pernikahan hancur yang paling umum ditemui.

7. Kurangnya Komitmen

Tanpa komitmen, tidak ada usaha untuk mempertahankan hubungan ketika masalah datang. Komitmen adalah fondasi yang mendorong pasangan untuk tetap berjuang meski menghadapi masa sulit. Ketika salah satu atau kedua pasangan mulai bersikap acuh, mengabaikan waktu bersama, atau tidak lagi berusaha untuk memperbaiki hubungan, pernikahan berada di ujung tanduk. Kurangnya komitmen menunjukkan absennya rasa tanggung jawab terhadap hubungan.

8. Penyalahgunaan Zat (Narkoba atau Alkohol)

Penyalahgunaan zat dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga dari berbagai aspek. Mulai dari masalah keuangan, kekerasan dalam rumah tangga, hingga kelalaian terhadap tanggung jawab sebagai pasangan. Ketergantungan ini memicu konflik berkepanjangan dan membuat pasangan lain merasa terabaikan atau dalam bahaya. Dalam banyak kasus, ini menjadi salah satu penyebab pernikahan hancur yang tidak bisa ditoleransi.

9. Masalah Kesehatan Mental

Gangguan mental yang tidak ditangani bisa mengganggu stabilitas hubungan. Depresi, kecemasan, atau gangguan lain dapat memengaruhi cara seseorang berkomunikasi, mengekspresikan cinta, atau menjaga hubungan. Penting bagi pasangan untuk saling mendukung dan mencari bantuan profesional saat dibutuhkan. Mengabaikan isu ini hanya akan memperparah keretakan yang ada.

10. Ekspektasi yang Tidak Realistis

Banyak orang memasuki pernikahan dengan harapan tinggi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Saat harapan ini tidak terpenuhi, kekecewaan muncul. Pasangan mulai merasa tidak bahagia, frustrasi, dan mempertanyakan keputusan mereka. Penyebab pernikahan hancur ini sering berasal dari mitos bahwa pernikahan akan selalu bahagia tanpa kerja keras.

Tidak ada pernikahan yang sempurna, namun mengenali dan memahami penyebab pernikahan hancur bisa menjadi langkah awal untuk mencegah kehancuran. Dengan komunikasi yang jujur, komitmen yang kuat, dan kesediaan untuk terus belajar satu sama lain, pasangan dapat menghadapi badai rumah tangga bersama. Karena sejatinya, pernikahan bukan tentang siapa yang paling benar, tapi bagaimana dua orang terus memilih untuk bertahan dan tumbuh bersama setiap hari.