PIKIRAN RAKYAT BMR –Badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, UNRWA, memberikan peringatan tajam.
Kurang lebih satu juta perempuan dan anak perempuan di Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan besar-besaran, kekerasan, serta pelecehan akibat adanya pembatasan akses dan situasi kemanusiaan yang semakin memburuk.
“Kelaparan semakin menyebar dengan cepat di Gaza… perempuan dan anak-anak dipaksa menghadapi risiko besar hanya untuk mencari makanan dan air, bahkan dengan ancaman kehilangan nyawa,” tulis UNRWA melalui akun resmi mereka di platform X, Sabtu (16/8/2025).
Tolong support kita ya,
Cukup klik ini aja: https://indonesiacrowd.com/support-bonus/
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk
Seperti yang dilaporkan Xinhua, UNRWA meminta agar pembatasan Israel di Gaza segera dihapuskan, sehingga bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar dapat masuk ke wilayah yang dihuni lebih dari 2 juta penduduk.
Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebutkan, dalam 24 jam terakhir saja, terdapat 11 korban jiwa yang meninggal akibat kelaparan, termasuk seorang anak.
Oleh karena itu, jumlah kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi mencapai 251 orang, termasuk 108 anak-anak.
Sejak terjadinya konflik pada bulan Oktober 2023, jumlah penduduk Gaza yang tewas akibat serangan Israel telah melebihi 61.800 orang, sementara lebih dari 155.000 orang lainnya mengalami cedera.
Bantuan Tertunda, NGO Dunia Mengkritik
Kekurangan pangan semakin memburuk sejak 2 Maret 2025, ketika sebagian besar organisasi non-pemerintah internasional tidak lagi mampu memberikan bantuan ke wilayah Gaza.
Dalam pernyataan bersama, 108 organisasi kemanusiaan menyampaikan bahwa pada bulan Juli lalu saja, lebih dari 60 permohonan untuk mengirimkan bantuan ditolak karena tidak memiliki izin dari pihak Israel.
Kantor HAM PBB melaporkan bahwa antara 27 Mei hingga 13 Agustus 2025, paling sedikit 1.760 warga Palestina meninggal saat berupaya memperoleh bantuan, termasuk 766 orang yang tewas di jalur konvoi pasokan.